Beranda

RESEARCH

Company Update

31 Mei 2019

Fixed Income Notes 31 Mei 2019

Tingkat imbal hasil pada perdagangan hari Rabu tanggal 29 Mei 2019 didapati perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan akibat kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika di tengah pelaku pasar yang mengambil aksi ambil untung.
 
Harga Surat Berharga Negara pada perdagangan hari Rabu, tanggal 29 Mei 2019 mengalami penurunan hingga mencapai 92 bps, sehingga mendorong terjadinya kenaikan rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 4,1 bps. Adapun untuk Surat Berharga Negara untuk tenor pendek (1-4 tahun) didapati penurunan harga berkisar antara 1,6 bps hingga 15 bps yang menyebabkan kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 6 bps. Sementara itu, Surat Berharga Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan harga berkisar antara 4 bps hingga 91 bps yang berdampak pada kenaikan imbal hasil hingga sebesar 16,6 bps. Adapun untuk Surat Berharga Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) juga ikut mengalami rata-rata penurunan harga sebesar 30,5 bps yang menyebabkan naiknya rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 4,2 bps.  

Imbal hasil Surat Utang Negara sepanjang sesi perdagangan kemarin mengalami kenaikan yang didorong oleh katalis negatif dari pasar surat utang global dimana pada perdagangan di hari Rabu, tanggal 29 Mei 2019 ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Adapun, aksi ambil untung pelaku pasar di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mendorong terjadinya penurunan harga Surat Utang Negara seiring dengan minimnya volume perdagangan yang terjadi pada perdagangan kemarin. 

Secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil pada Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2,4 bps dan untuk tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 6,6 bps. Sementara itu, untuk Surat Berharga Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun didapati kenaikan imbal hasil masing-masing sebesar 6,7 bps dan 4,3 bps.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, mengalami penurunan imbal hasil pada sebagian besar seri, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan mengalami penurunan. Namun demikian, sebagian besar seri mengalami perubahan yang terbatas di tengah terbatasnya pergerakan US Treasury seiring dengan pelaku pasar yang masih mencermati beberapa data yang akan di rilis.  Imbal hasil dari INDO29 ditutup naik terbatas kurang dari 1 bps di level 3,386% Sementara itu, imbal hasil dari INDO29 ditutup dengan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1 bps di level 3,830%. Sedangkan untuk INDO44 dan INDO49 keduanya mengalami penurunan terbatas di bawah 1 bps yang masing-masing berada di level 4,670% dan 4,598%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin lebih kecil daripada perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp11,51 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,02 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,75 triliun dari 51 kali transaksi di harga rata - rata 102,93% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp1,64 triliun dari 55 kali transaksi di harga rata - rata 100,60%. Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR011 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp322,32 miliar dari 302 kali transaksi dan diikuti oleh volume seri SR010 sebesar Rp78,32 miliar dari 9 kali transaksi. Adapun volume dari Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp62,00 miliar untuk 3 kali perdagangan.
 
Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,65 triliun dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2019 (TPIA02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp292,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga 100,20% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank Danamon Tahap I Tahun 2019 Seri A(BDMN01ACN1) senilai Rp270,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,04% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2019 (TBIG03CN3) sebesar Rp240,00 miliar untuk 4 kali transaksi di harga 100,03%.  

Adapun nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 39,00 pts (0,26%) di posisi 14415,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan. Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14385,00 hingga 14433,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan melemahnya sebagian besar nilai mata uang regional. Adapun mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,13% dan diikuti oleh penguatan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,03%. Sedangkan, mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,69% yang diiringi dengan pelemahan mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,32%. Adapun untuk mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Dollar Singapura (SGD) didapati melemah masing-masing sebesar 0,25% dan 0,18% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Adapun selama bulan Mei 2019, pasar Surat Utang Negara menunjukkan kinerja negatif yang tercermin pada kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata sebesar 13 bps dibandingkan dengan posisi di akhir bulan April 2019. Dengan kondisi tersebut maka kami perkirakan bahwa sebagian para pelaku pasar akan melakukan aksi window dressing untuk memperbaiki tampilan portofolionya. Hanya saja, perubahan imbal hasil tersebut akan dibatasi oleh faktor antisipasi pelaku pasar jelang libur panjang di awal bulan Juni 2019 besok. 

Adapun dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan penurunan. Tingkat imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 2,21% seiring dengan tenor 30 tahun yang juga ikut ditutup turun pada level 2,64%. Adapun untuk imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan pada level 0,904% sejalan dengan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 30 tahun yang naik di level 1,495%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup turun di level –0,177% dan yang bertenor 30 tahun berada di level 0,471%.

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada perubahan nilai tukar Rupiah. Adapun terbatasnya perubahan harga di pasar sekunder, dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti seri FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071 dan FR0073.
 
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Seri PBS-025 Pada Tanggal 29 Mei 2019 Dengan Cara Private Placement

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group