Dalam sepekan lalu, IHSG bergerak menguat sebesar +78.82 poin atau +1.32% ke level 6,030.96 setelah bergerak emlamabat pada pekan sebelumnya. meskipun bergerak menguat, investor asing masih terus melakukan aksi jual. Tercatat total Net Sell Asing YTD telah mencapai Rp38.03 triliun turun lebih dari 2 kali lipat dari level tertingginya pada bulan Mei lalu yang sempat mencapai Rp28.83 triliun. Indonesia mengalami inflasi sebesar 0.20% pada bulan November. Tingkat inflasi selama year-on-year sebesar 3.30%. Dalam pekan ini, laju IHSG diperkirakan akan didorong oleh rilis data ekspor-impor dan neraca perdagangan Indonesia bulan November, kami memperkirakan IHSG akan bergerak dalam range 6,012 - 6,052.
Indeks Dow Jones bergerak menguat sebesar +97.16 poin atau +0.40% selama sepekan lalu dan ditutup di level 24,329.16. DJIA menguat didorong oleh rilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang tercatat adanya penambahan non-farm payroll sebesar 198,000 serta data pengangguran tetap di level 4.1%. Hal tersebut menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan keputusan apakah akan menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) atau tidak. Keputusan ini akan dibahas dalam agenda FOMC Meeting yang akan diadakan pada hari Rabu mendatang (13 Desember 2017). Peluang kenaikan Fed Fund Rate tersebut diperkirakan telah mencapai 96%.
Dalam sepekan lalu, harga komoditas mayoritas bergerak melemah. Harga CPO memimpin pelemahan harga komoditas sebesar –4.84% diikuti dengan harga Copper –4.18%. Ditengah pelemahan harga komoditas lainnya, harga batubara mengalami penguatan sebesar +1.83%. Pengautan batubara dipicu oleh impor batubara oleh Cina untuk menghadapi musim dingin. Pemerintah Otoritas Cina telah memerintahkan beberapa wilayahnya untuk melakukan pembakaran batubara kemabali setelah sempat mengalami kekurangan sehingga menyebabkan minimnya pemanas. Kami perkirakan kenaikan harga batubara masih akan terus berlanjut.
